HISTORI UPSUS PAJALE

LATAR BELAKANG
Presiden RI Joko Widodo dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa Indonesia harus mampu mewujudkan swasembada padi, jagung dan kedelai pada tahun 2017.
Para ahli pertanian banyak yang skeptis terhadap rencana Presiden tersebut. Tidak mungkin target dapat dicapai dalam 3 tahun, jangankan swasembada, untuk peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai (PAJALE) sebesar 5% saja sulit. Pada umumnya para ahli dalam melihat Pertanian Indonesia Masa Depan (Agriculture Outlook) menggunakan historical data atau data trend. Kalau kita menggunakan data trend dalam memprediksi pertanian masa depan, dapat dipastikan dalam 5 tahun mendatang tidak akan tercapai Swasembada PAJALE, dengan catatan program pembangunan pertanian berjalan seperti biasa-biasa saja (business as usually).
Dalam tulisan ini kami mengajak pemangku pembangunan pertanian di semua tingkatan harus optimis bahwa kita mampu mewujudkan Swasembada PAJALE Tahun 2017. Tentu saja rasa optimisme ini beralasan, terutama adanya perubahan kepemimpinan bangsa yang memiliki “pilitical will” yang kuat terhadap pembangunan pertanian melalui dukungan anggaran yang sangat besar untuk membiaya swasembada pangan ini.

PRODUKSI PAJALE 2014 DAN PELUANG SWASEMBADA

Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2014
Capaian produksi PAJALE tahun 2014 dibanding tahun 2013 berdasarkan ARAM BPS 2015 disajikan sebagai berikut.
Produksi PADI tahun 2014 sebesar 70,61  juta ton GKG, atau menurun 0,94% dibanding tahun 2013. Penurunan ini terjadi karena adanya penurunan luas panen 66,93  ribu ha dan penurunan produktivitas 0,24 ku/ha. Sedangkan produksi JAGUNG sebesar  19,13  juta ton pipilan kering, atau  meningkat 3,33% dibanding tahun 2013. Peningkatan terjadi karena peningkatan luas panen 58,72 ribu ha dan peningkatan produktivas 0,85 ku/ha. Adapun produksi KEDELAI sebesar 921,34  ribu ton biji kering, atau meningkat 15,34% dibanding tahun 2013. Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan luas panen 61,01  ribu ha dan peningkatan produktivitas 0,90 ku/ha.

Peluang Swasembada PAJALE Tahun 2017
Berdasarkan angka ramalan tersebut, produksi padi nasional tahun 2014 sebesar 70,61  juta ton GKG (setara 44,3 juta ton beras), dengan tingkat konsumsi 139,15 kg/kapita/tahun dan jumlah penduduk 252.164.800 jiwa, maka Indonesia sebenarnya sudah swasembada, bahkan surplus sebesar 4,61 juta ton beras. Persoalannya adalah distribusi, kemampuan stok/penyangga oleh Bulog, dan pihak-pihak yang berburu rente dengan impor beras, maka tingkat aman surplus beras sebaiknya adalah 10 juta ton. Dan untuk mewujudkan angka tersebut dalam tiga tahun ke depan tidaklah sulit.
Untuk komoditas jagung, kita masih impor sebesar 2,5–3 juta ton pertahun, terutama untuk kebutuhan pabrik pakan ternak. Namun demikian trend impor jagung terus menurun, dan peluang untuk swasembada cukup besar, sebab: (1) dalam 5 tahun terakhir produktivitas jagung meningkat dari 44,50 menjadi 46,64 kuintal/ha; (2) potensi produktivitas masih cukup besar, khususnya untuk jagung hibrida; dan (3) peran swasta sangat besar dalam menyediakan benih hibrida, dan petani mulai beralih dari tanam jagung komposit menjadi hibrida.
Yang cukup berat untuk berswasembada adalah kedelai. Produksi kedelai tahun 2014 sebesar 921,34 ribu ton, sedangkan kebutuhan dalam negeri 2,4 juta ton/tahun, sehingga kita masih mengimpor kedelai 1,5 juta ton/tahun, atau sekitar  60% dari kebutuhan dalam negeri. Namun demikian kita akan mampu swasembada kedelai dengan pola upaya khusus/terobosan, berupa: (1) perluasan areal tanam, paling tidak ada 1,5 juta hektar pertanaman kedelai di tahun 2017; (2) introduksi varietas unggul dengan produktivitas 2–2,5 ton/ha; (3) menaikkan harga kedelai lokal paling tidak menjadi 1,5 kali harga beras; dan (4) diberlakukan bea masuk impor kedelai.

SASARAN PENINGKATAN PRODUKSI PAJALE JAWA TENGAH TAHUN 2015
Untuk mendukung tekad Presiden mewujudkan Swasembada PAJALE, Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 memasang terget produksi sebagaimana disajikan Tabel 1.
Tabel 1.   Sasaran Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Jawa Tengah Tahun 2015.

Tabel 1 menunjukkan sasaran produksi padi sebesar 11.136.967 ton GKG atau meningkat 2 juta ton GKG (sekitar 20%) dibanding tahun 2014. Demikian juga sasaran produksi jagung meningkat 21.077 ton pipilan kering dan kedelai meningkat 10.802 ton biji kering.  


POLA UPSUS DAN DUKUNGAN KEGIATAN
Pola Upsus Pajale
Sesuai ketetapan Pemerintah bahwa Swasembada Berkelanjutan Padi dan Jagung serta Swasembada Kedelai harus dicapai dalam 3 tahun ke depan. Untuk mencapai target tersebut diterapkan Pola Upaya Khusus (Upsus). Menurut pemahaman kami, Upsus adalah ikhtiar atau usaha bersama yang dilakukan secara khusus untuk mencapai target yang telah ditetapkan melalui berbagai pemecahan masalah yang mungkin timbul dalam pencapaian target tersebut.  
Organisasi pelaksana Upsus Pajale sesuai Permentan Nomor 03/2015 ada di semua tingkatan, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa. Untuk tingkat kecamatan, Tim Pelaksana Upsus diketuai oleh Kepala UPTD yang membidangi tanaman pangan, sekretaris Kepala BP3K dengan anggota Kasi di Kantor Kecamatan yang membidangi pembangunan, penyuluh pertanian, POPT, Kades di lokasi kegiatan dan petugas terkait (mantri tani, mantri statistik dan babinsa serta mahasiswa). Adapun pengawalan dan pendampingan di tingkat desa menjadi tugas penyuluh di WKPP dan Babinsa di desa yang bersangkutan dengan dibantu mahasiswa yang ditugaskan sebagai tenaga pendamping Upsus Pajale.

Dukungan Kegiatan
Dalam sejarah pembangunan pertanian Indonesia, setelah Era Bimas, baru pertama kali Pemerintah memberikan perhatian dan bantuan yang sangat besar untuk mewujudkan kedaulatan pangan, khususnya swasembada pajale. Adapun macam bantuan, khusus untuk Provinsi Jawa Tengah adalah rehabilitasi jaringan irigasi, percepatan optimasi lahan, bantuan sarana pertanian (benih, pupuk dan alsintan), kegiatan Gerakan Penerapan-Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) Padi, Jagung dan Kedelai, Perluasan Areal Tanam (PAT) Jagung dan Kedelai, dan lain-lain.  
Demikian halnya dengan kegiatan pendampingan penyuluhan juga mendapat porsi yang cukup besar, baik yang bersumber dari APBN maupun APBN-P Tahun  2015. Kegiatan ini menitik beratkan peningkatan kapasitas dan peran BP3K sebagai posko pembangunan pertanian di tingkat kecamatan. Di bawah ini disajikan contoh kegiatan penyuluhan untuk mendukung swasembada padi, jagung dan kedelai di Jawa Tengah (Tabel 2).
Tabel 2.   Kegiatan Penyuluhan Mendukung Upsus Pajale Jawa Tengah Tahun 2015
                                                                  
APBN dan APBN-P BPPSDMP 2015
APBN-P DITJEN PSP 2015
Kegiatan
Jumlah
Kegiatan
Jumlah
Peningkatan Kapasitas BP3K
102
Alokasi Fasilitasi BP3K
181
Refocusing
10
Dukungan Penyuluhan Sentra Produksi Padi
1.142
Dukungan Oprasional BP3K
258
Dukungan Penyuluhan Sentra Produksi Jagung
326
Penyesuaian Ijazah THL-TBPP (7 bulan)
62
Dukungan Penyuluhan Sentra Produksi Kedelai
164
Tambahan Honor THL-TBPP (7 bulan)
2.642
Pengembangan Penyuluh Pertanian Swadaya
2.435
             
BERBAGI PERAN DALAM PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN UPSUS PAJALE

Dengan sasaran produksi pajale yang telah ditetapkan (Tabel 1) melalui dukungan kegiatan dan anggaran yang sangat besar, tentu saja kita harus berbagi peran untuk pencapaian sasaran tersebut. Namun peran yang kita urai dalam tulisan ini adalah peran yang langsung bersinggungan dengan penerima manfaat atau sasaran kegiatan, yaitu petani. Karena pada hakekatnya “Apapun Programnya, Petani Kuncinya”. Petani sebagai penerima manfaat kegiatan sekaligus sebagai pelaku peningkatan produksi pajale harus kita dampingi agar mereka tahu, mau dan mampu meningkatkan usahataninya melalui peningkatan produktivitas dan peningkatan indeks pertanaman.
Pengawalan dan pendampingan petani dalam Pola Upsus Pajale dilakukan oleh Penyuluh, Babinsa dan Mahasiswa. Hubungan kerja dalam pendampingan petani, khususnya di tingkat kabupaten/kota ke bawah disajikan sebagai Diagram Alir (Gambar di bawah).
 
   gambar:  Diagram Alir Pendampingan Patani dalam Pola Upsus Pajale

Petani dalam wadah Kelompoktani, Gapoktan, P3A atau GP3A dalam berupaya meningkatkan produktivitas dan intensitas pertanamannya dikawal dan didampingi oleh penyuluh, babinsa dan mahasiswa. Adapun peran masing-masing tenaga pendamping ini disajikan pada Tabel 3 di bawah.
Tabel 3.   Peran Pendampingan oleh Penyuluh, Mahasiswa dan Babinsa dalam Mewujudkan Swasembada Pajale 2015. 

PENYULUH
MAHASISWA/ALUMNI
BABINSA
Melaksanakan pengawalan dan pendampingan pelaksanaan GP-PTT, POL, RJIT dan demfarm
Membantu pelaksanakan pengawalan dan pendampingan pelaksanaan GP-PTT, POL, RJIT dan demfarm
Menggerakkan dan memotivasi petani untuk melaksanakan: (a) tanam serentak; (b) perbaikan dan pemeliharaan jaringan irigasi; (c) gerakan pengendalian OPT dan panen
Meningkatkan kemampuan kelembagaan petani (poktan, gapoktan, P3A dan GP3A) dan kelembagaan ekonomi petani
  • Membantu penyuluh dalam memfasilitasi introduksi teknologi peningkatan produkai padi, jagung dan kedelai yang dihasilkan oleh perguruan tinggi melali demfarm

  • Mengembangkan model pemberdayaan petani
Melaksanakan dukungan dalam keadaan tertentu untuk: (a) penyaluran benih, pupuk dan alsintan; (b) infrastruktur jaringan irigasi
Mengembangkan jejaring dan kemitraan dengan pelaku usaha
Membantu penyuluh dalam mengembangkan jajaring dan kemitraan dengan pelaku usaha
Melaksanakan pengawasan terhadap pemberkasan administrasi dan penyaluran bantuan kepada penerima manfaat
Melaksanakan identifikasi, pendataan dan pelaporan pelaksanaan teknis kegiatan
Membantu penyuluh dalam melakukan identifikasi, pendataan dan pelaporan teknis kegiatan
Melakukan pengawasan terhadap kegiatan identifikasi, pendataan dan pelaporan teknis

PENUTUP
Upaya Khusus pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai dengan dukungan kegiatan Pengembangan Jaringan Irigasi, Optimasi Lahan, GPTT, PAT dan Pendampingan Penyuluhan, diharapkan mampu membantu petani dalam meningkatkan usahanya melalui peningkatan produktivitas dan peningkatan indeks pertanaman. Kita optimis bahwa Swasembada PAJALE akan terwujud pada tahun 2017, mengintat adanya “pilitical will” yang kuat dari pemerintah terhadap pembangunan pertanian saat ini.
Hal penting lain yang tidak boleh kita lupakan adalah mengintensifkan koordinasi dan konsolidasi terutama dalam pelaksanaan di tingkat lapangan mengingat volume kegiatan dan anggaran untuk mendukung UPSUS PAJALE sangatlah besar.
Semoga Berhasil .... SALAM PAJALE.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar